Sejarah Idul Adha
ldul Adha biasa diperingati setiap 10 Dzulhijjah. Biasa dikenal dengan hari raya kurban dan hari raya haji. Idul Adha berasal dari sejarah yang sama dan orang yang sama, yaitu Nabi Ibrahim.
Semua ini bermula ketika Nabi menempatkan istri dan anaknya Hajar dan Ismail di sebuah ladang yang tandus dan jauh dari pemukiman atas perintah Allah.
Hajar yang tengah menyusui Ismail pun kehabisan air minum. Akhirnya, ia berlari kecil antara bukit Sofa dan bukit Marwah untuk mencari air minum sebanyak tujuh kali. Kemudian, kaki kecil Ismail menghentak tanah beberapa kali dan muncullah sumber air ZamZam yang berlimpah. Kemudian lembah yang dulunya gersang ini pun tumbuh menjadi kotak yang makmur, kota yang sekarang kita kenal dengan sebutan Makkah.
Selain hari raya haji, Idul Adha juga dikenal sebagai 'Idul Nahr' yang artinya hari raya penyembelihan. Seperti yang kita ketahui, selain merayakan haji, Idul Adha juga menjadi acara kurban yang mampu melakoninya. Kurban dilambangkan sebagai bentuk ketakwaan seorang hamba.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Ibrahim tergolong sebagai milliuner pada zamannya. Kekayaannya meliputi hewan ternak, emas, dan uang. Suatu ketika, Nabi diberi pertanyaan mengenai siapa pemilik dari semua kekayaannya. Nabi pun menjawab bahwa semuanya hanya milik Allah dan Allah ingin mengambilnya, ia akan selalu siap memberikannya kembali.
Pernyataan Nabi Itulah yang menjadi ujiannya kelak. Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq. Nabi bermimpi Allah memintanya untuk mengurbankan anaknya yang saat itu berusia tujuh tahun.
Ketika Nabi bersiap untuk mengurbankan anaknya, setan pun datang dengan berbagai hasutannya. Namun, Nabi Ibrahim meneguhkan tekadnya, ia tidak akan terpengaruh. Sambil mengucapkan basmalah dan takbir, Nabi pun melempar batu guna mengusir setan. Hal itulah yang kini menjadi rangkaian ibadah haji, yaitu melempar jumrah.
Ketika Nabi Ibrahim hampir menyembelih anaknya, Allah secara tiba-tiba menggantikan Ismail dengan seekor kambing untuk disembelih. Kemudian, Allah menyeru kepada Nabi dan anaknya di atas ketawakkalan mereka.
Komentar
Posting Komentar